MORFOLOGI
Adalah cabang
linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
Morfologi
mempelajari seluk beluk bentuk serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata
itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik
Jenis-jenis Morfem
Berdasarkan
criteria tertentu, kita dapat mengklasifikasikan morfem menjadi berjenis-jenis.
Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi yakni hubungannya dan distribusinya
(Samsuri, 1982:186; Prawirasumantri, 1985:139). Agar lebih jelas, berikut ini
sariannya.
1) Ditinjau
dari Hubungannya
Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, masih dapat kita lihat dari
hubungan struktural dan hubungan posisi.
a) Ditinjau
dari Hubungan Struktur
Menurut hubungan strukturnya, morfem dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu
morfem bersifat aditif (tambahan) yang bersifat replasif
(penggantian), dan yang bersifat substraktif (pengurangan).
Morfem yang bersifat aditif yaitu morfem-morfem yang biasa yang pada umumnya
terdapat pada semua bahasa, seperti pada urutan putra, tunggal, -nya, sakit.
Unsur-unsur morfem tersebut tidak lain penambahan yang satu dengan yang lain.
Morfem yang bersifat replasif yaitu morfem-morfem berubah bentuk atau berganti
bentuk dari morfem asalnya. Perubahan bentuk itu mungkin disebabkan oleh perubahan
waktu atau perubahan jumlah. Contoh morfem replasif ini terdapat dalam bahasa
Inggris. Untuk menyatakan jamak, biasanya dipergunakan banyak alomorf.
Bentuk-bentuk /fiyt/, /mays/, /mεn/
masing-masing merupakan dua morfem /f…t/,
/m…s/, /m…n/ dan /iy ←
u/, /ay ←
aw/, /ε/,
/æ/. Bentuk-bentuk
yang pertama dapat diartikan masing-masing ‘kaki’, ‘tikus’, dan ‘orang’, sedangkan bentuk-bentuk yang kedua
merupakan alomorf-alomorf jamak. Bentuk-bentuk yang kedua inilah yang merupakan
morfem-morfem atau lebih tepatnya alomorf-alomorf yang bersifat penggantian
itu, karena /u/ diganti oleh /iy/ pada kata foot dan feet, /aw/
diganti oleh /ay/ pada kata mouse dan mice, dan /æ/ diganti oleh
/ ε/ pada kata man dan men.
Morfem bersifat substraktif, misalnya terdapat dalam bahasa Perancis. Dalam
bahasa ini, terdapat bentuk ajektif yang dikenakan pada bentuk betina
dan jantan secara ketatabahasaan. Perhatikanlah bentuk-bentuk berikut !
Betina
/mov εs/
/fos/
/bon/
/sod/
/ptit/
|
Jantan
/mov ε/
/fo/
/bo/
/so/
/pti/
|
Arti
buruk
palsu
baik
panas
kecil
|
Bentuk-bentuk
yang ‘bersifat jantan’ adalah ‘bentuk betina’ yang dikurangi konsonan akhir.
Jadi dapat dikatakan bahwa pengurangan konsonan akhir itu merupakan morfem
jantan.
b) Ditinjau
dari Hubungan Posisi
Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi menjadi tiga macam
yakni ; morfem yang bersifat urutan, sisipan, dan simultan.
Tiga jenis morfem ini akan jelas bila diterangkan dengan memakai morfem-morfem
imbuhan dan morfem lainnya.
Contoh morfem
yang bersifat urutan terdapat pada kata berpakaian yaitu / ber-/+/-an/.
Ketiga morfem itu bersifat berurutan yakni yang satu terdapat sesudah yang
lainnya.
Contoh morfem
yang bersifat sisipan dapat dilihat dari kata / telunjuk/. Bentuk tunjuk
merupakan bentuk kata bahasa Indonesia di samping telunjuk. Kalau
diuraikan maka akan menjadi / t…unjuk/+/-e1-/.
Morfem simultan
atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada kata-kata seperti /k∂hujanan/.
/k∂siaηgan/
dan sebagainya. Bentuk /k∂hujanan/ terdiri dari /k∂…an/
dan /hujan/, sedang /kesiangan/ terdiri dari /ke…an/ dan /siaη/.
Bentuk /k∂-an/
dalam bahasa Indonesia merupakan morfem simultan, terbukti karena bahasa
Indonesia tidak mengenal bentuk /k∂hujan/ atau /hujanan/ maupun /k∂siaη/
atau /sianaη/. Morfem simultan itu sering disebut
morfem kontinu ( discontinous morpheme ).
2) Ditinjau
dari Distribusinya
Ditinjau dari distribusinya, morem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu morfem
bebas dan morem ikat. Morfem bebas ialah morfem yang dapat berdiri
dalam tuturan biasa , atau morfem yang dapat berfungsi sebagai kata, misalnya :
bunga, cinta, sawah, kerbau. Morfem ikat yaitu morfem yang tidak dapat
berdiri sendiri dalam tuturan biasa, misalnya : di-, ke-, -i, se-, ke-an.
Disamping itu ada bentuk lain seperti juang, gurau, yang selalu disertai
oleh salah satu imbuhan baru dapat digunakan dalam komunikasi yang wajar.
Samsuri ( 1982:188 )menamakan bentuk-bentuk seperti bunga, cinta, sawah,
dan kerbau dengan istilah akar; bentuk-bentukseperti di-,ke-,
-i, se-, ke-an dengan nama afiks atau imbuhan; dan juang,
gurau dengan istilah pokok. Sementara itu Verhaar
(1984:53)berturut-turut dengan istilah dasar afiks atau imbuhan
dan akar. Selain itu ada satu bentuk lagi seperti belia, renta, siur
yang masing-masing hanya mau melekat pada bentuk muda, tua, dan simpang,
tidak bisa dilekatkan pada bentuk lain. Bentuk seperti itu dinamakan morfem
unik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar