Tanpa kita sadari bahwa senyuman itu
hanya perbuatan biasa yang kita lakukan setiap saat, jika kita mengalami
kesenangan.
Tetapi
kenyataannya senyuman itu tanpa kita sadari adalah perbuatan yang sangat
penting dalam kehidupan kita. Didalam kehidupan kita ada kesenangan dan ada
juga kesedihan. Kita pasti tersenyum bahagia disaat mengalami kesenangan. Akan
tetapi kesedihan yang diderita banyak orang, orang-orang tersebut menghadapinya
dengan senyuman. Hanya kesenangan yang dihadapi dengan senyuman.
Coba
anda berpikir bahwa senyuman itu sangat berperan penting apabila kita mengalami
kegalauan atau kesedihan. Coba kita hadapi dengan senyuman apabila kita mengalami
kegalauan. Orang arab senang memuji orang yang murah senyum dan selalu tampak
ceria. Menurut mereka, perangai yang demikian itu merupakan pertanda kelapangan
dada, kedermawanan sifat, kemurahan hati, kewibawaan perangai, dan ketanggapan
pikiran.
Wajah nan berseri tanda suka memberi,
dan, tentu bersuka cita saat
dipinta.
Dalam kitab
“Harim”, Zuher bersyair,
kau melihatnya senantiasa gembira saat kau
datang,
seolah engkau memberinya apa yang
engkau minta padanya
Senyuman
dapat dikategorikan adalah perbuatan yang biasa. Tetapi senyuman adalah
perbuatan yang sederhana yang berperan penting dalam permasalahan kehidupan
kita, baik senang atau sedih. Dengan senyuman, masalah apapun kita akan merasa
tenang, nyaman dan damai untuk menyelesaikan masalah.
Selain
dengan senyuman, masalah itu harus disertai dengan keikhlasan hati. Karena
senyuman dan keikhlasan hati merupakan kunci dari penyelesaian masalah yang
baik.
Apabila
kita bermuram durja dan muka masam adalah cermin dari jiwa yang galau, pikiran
yang kacau, dan kepala yang rancau balau.
Wajah mereka cemberut karena sombong,
seolah mereka dilempar dengan paksa
ke neraka.
tidak seperti kaum, yang bila kau
jumpai bak bintang
gemintang yang jadi petunjuk bagi
pejalan malam.
Sabda Rasullah :
“Meski engkau hanya menjumpai saudaramu
dengan wajah berseri”.
Dalam
Faidhul Khathir, Ahmad Amin
menjelaskan : “Orang yang murah tersenyum dalam menjalani hidup ini bukan saja
orang yang paling mampu membahagiakan diri sendiri, tetapi juga orang yang
paling mampu berbuat, orang yang paling sanggup memikul tanggung jawab, orang
yang paling tangguh menghadapi kesulitan dan memecahkan persoalan, serta orang
yang paling dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan
orang lain”.
Senyuman
tak akan ada harganya bila tidak terbit dari hati yang tulus dan tabiat dasar
seorang manusia. Setiap bunga tersenyum, hutan tersenyum, sungai dan laut juga
tersenyum. Langit, bintang-gemintang dan burung-burung, semuanya tersenyum. Dan
manusia, sesuai watak dasarnya adalah makhluk yang suka tersenyum.
Tidak
ada yang membuat jiwa dan wajah menjadi demikian muram selain keputusasaan.
Maka, jika kita menginginkan senyuman, tersenyumlah terlebih dahulu dan
pergilah keputusasaan. Percayalah, kesempatan itu selalu terbuka, kesuksesan
selalu membuka pintunya untuk kita dan untuk siapa saja. Karena itu, biasakan
pikiran kita agar selalu menatap harapan dan kebaikan di masa yang akan datang.
Elia
Abu Madhi berkata :
Orang berkata, “Langit selalu
berduka dan mendung”.
Tapi aku berkata, “Tersenyumlah, cukuplah
duka cita di langit sana”.
Orang berkata, “Langitku yang ada di
dalam jiwa telah membuatku
merana dan berduka.
Janji-janji telah mengkhianatiku
ketika kalbu telah menguasainya.
Bagaimana mungkin jiwaku sanggup
mengembangkan
senyum manisnya
Maka
akupun berkata, “Tersenyum dan berdendanglah,
kala
kau menbandingkan semua umurmu kan habis
untuk merasakan sakitnya.
Orang berkata, “Wajah berseri tidak
membuat dunia bahagia
Yang datang ke dunia dan pergi
dengan gumpalan amarah.
Ku katakan, “Tersenyumlah, selama
antara kau dan kematian
Ada jarak sejengkal, setelah itu
engkau tidak akan pernah tersenyum”.
Sungguh, kita sangat
butuh pada senyuman, wajah yang selalu berseri, hati yang lapang, akhlak yang
menawan, jiwa yang lembut, dan pembawaan yang tidak kasar. “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian berendah hati,
hingga tidak ada salah seorang di antaramu yang berlaku jahat pada yang lain
dan tidak ada salah seorang di antaramu yang membanggakan diri atas yang lain”.
(Al-Hadits).
Sumber : Buku Laa Tahzan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar