Sabtu, 08 Desember 2012

SENYUMAN MENGHILANGKAN KEGALAUAN



Tanpa kita sadari bahwa senyuman itu hanya perbuatan biasa yang kita lakukan setiap saat, jika kita mengalami kesenangan.
            Tetapi kenyataannya senyuman itu tanpa kita sadari adalah perbuatan yang sangat penting dalam kehidupan kita. Didalam kehidupan kita ada kesenangan dan ada juga kesedihan. Kita pasti tersenyum bahagia disaat mengalami kesenangan. Akan tetapi kesedihan yang diderita banyak orang, orang-orang tersebut menghadapinya dengan senyuman. Hanya kesenangan yang dihadapi dengan senyuman.
            Coba anda berpikir bahwa senyuman itu sangat berperan penting apabila kita mengalami kegalauan atau kesedihan. Coba kita hadapi dengan senyuman apabila kita mengalami kegalauan. Orang arab senang memuji orang yang murah senyum dan selalu tampak ceria. Menurut mereka, perangai yang demikian itu merupakan pertanda kelapangan dada, kedermawanan sifat, kemurahan hati, kewibawaan perangai, dan ketanggapan pikiran.
            Wajah nan berseri tanda suka memberi,
            dan, tentu bersuka cita saat dipinta.
            Dalam kitab “Harim”, Zuher bersyair,
            kau melihatnya senantiasa gembira saat kau datang,
            seolah engkau memberinya apa yang engkau minta padanya
            Senyuman dapat dikategorikan adalah perbuatan yang biasa. Tetapi senyuman adalah perbuatan yang sederhana yang berperan penting dalam permasalahan kehidupan kita, baik senang atau sedih. Dengan senyuman, masalah apapun kita akan merasa tenang, nyaman dan damai untuk menyelesaikan masalah.
            Selain dengan senyuman, masalah itu harus disertai dengan keikhlasan hati. Karena senyuman dan keikhlasan hati merupakan kunci dari penyelesaian masalah yang baik.
            Apabila kita bermuram durja dan muka masam adalah cermin dari jiwa yang galau, pikiran yang kacau, dan kepala yang rancau balau.
            Wajah mereka cemberut karena sombong,
            seolah mereka dilempar dengan paksa ke neraka.
            tidak seperti kaum, yang bila kau jumpai bak bintang
            gemintang yang jadi petunjuk bagi pejalan malam.
            Sabda Rasullah : “Meski engkau hanya menjumpai saudaramu dengan wajah berseri”.
            Dalam Faidhul Khathir, Ahmad Amin menjelaskan : “Orang yang murah tersenyum dalam menjalani hidup ini bukan saja orang yang paling mampu membahagiakan diri sendiri, tetapi juga orang yang paling mampu berbuat, orang yang paling sanggup memikul tanggung jawab, orang yang paling tangguh menghadapi kesulitan dan memecahkan persoalan, serta orang yang paling dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain”.
            Senyuman tak akan ada harganya bila tidak terbit dari hati yang tulus dan tabiat dasar seorang manusia. Setiap bunga tersenyum, hutan tersenyum, sungai dan laut juga tersenyum. Langit, bintang-gemintang dan burung-burung, semuanya tersenyum. Dan manusia, sesuai watak dasarnya adalah makhluk yang suka tersenyum.
            Tidak ada yang membuat jiwa dan wajah menjadi demikian muram selain keputusasaan. Maka, jika kita menginginkan senyuman, tersenyumlah terlebih dahulu dan pergilah keputusasaan. Percayalah, kesempatan itu selalu terbuka, kesuksesan selalu membuka pintunya untuk kita dan untuk siapa saja. Karena itu, biasakan pikiran kita agar selalu menatap harapan dan kebaikan di masa yang akan datang.


            Elia Abu Madhi berkata :
            Orang berkata, “Langit selalu berduka dan mendung”.
            Tapi aku berkata, “Tersenyumlah, cukuplah duka cita di langit sana”.
            Orang berkata, “Langitku yang ada di dalam jiwa telah membuatku
            merana dan berduka.
            Janji-janji telah mengkhianatiku ketika kalbu telah menguasainya.
            Bagaimana mungkin jiwaku sanggup
mengembangkan senyum manisnya
Maka akupun berkata, “Tersenyum dan berdendanglah,
kala kau menbandingkan semua umurmu kan habis
untuk merasakan sakitnya.
Orang berkata, “Wajah berseri tidak membuat dunia bahagia
Yang datang ke dunia dan pergi dengan gumpalan amarah.
Ku katakan, “Tersenyumlah, selama antara kau dan kematian
Ada jarak sejengkal, setelah itu engkau tidak akan pernah tersenyum”.
Sungguh, kita sangat butuh pada senyuman, wajah yang selalu berseri, hati yang lapang, akhlak yang menawan, jiwa yang lembut, dan pembawaan yang tidak kasar. “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian berendah hati, hingga tidak ada salah seorang di antaramu yang berlaku jahat pada yang lain dan tidak ada salah seorang di antaramu yang membanggakan diri atas yang lain”. (Al-Hadits).


Sumber : Buku Laa Tahzan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar